Berbagai musibah datang silih berganti melanda negeri ini. Mulai dari peristiwa banjir yang dalam sepekan terakhir ini masih menghiasi media
Disamping banjir, negeri ini juga dilanda musibah seperti tanah longsor, kebakaran hutan, hingga kecelakaan alat transportasi di darat, laut dan udara. Ini merupakan pemandangan yang memilukan dan mengiris-iris hati.
Mengambil Pelajaran dari Musibah.
Sudah selayaknya kita sebagai rakyat
Paling tidak, ada tiga sebab mengapa berbagai musibah seperti banjir ini terjadi terus secara berulang hampir setiap tahun. Pertama, sebab teknis. Dalam kasus banjir di Ibukota dan beberapa
Kedua, sebab non-teknis, yakni menyangkut kebijakan pemerintah yang lebih mengedepankan unsur bisnis daripada memikirkan kemaslahatan umum dalam mengelola
Ketiga, di daerah-daerah pinggiran sungai banjir disebabkan oleh pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai di akibatkan oleh dua hal antara lain pembangunan pemukiman di badan sungai, pembuangan sampah ke sungai, sehingga memperkecil badan sungai yang jika terjadi hujan lebat mengakibatkan sungai tidak mampu menampung air, sehingga air sungai tumpah ke darat. Ini terjadi seperti di daerah
Saatnya Untuk Kembali
Jika kita renungkan, berbagai musibah di atas lebih merupakan teguran atau peringatan daripada cobaan/ujian bagi seluruh komponen bangsa ini. Mengapa? Sebab, cobaan/ujian lebih ditujukan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dengan itu Allah SWT ingin menguji sejauh mana kesabaran mereka. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. . (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (QS Al-Baqarah [2]:155-156)
Sebaliknya, kebanyakan kita saat ini belum beriman dan bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, kepada Allah. Kebanyakan kita justru menyimpang dari syari’ah-Nya, bahkan meninggalkan dan mencampakkannya. Pemerintah misalnya, tidak mau mempedulikan aturan-aturan (syariah) Islam Contohnya adalah syariah Islam dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) seperti hutan. Faktanya, pengelolaan hutan diserahkan begitu saja oleh pemerintah kepada pihak swasta lewat pemberian izin HPH (Hak Pengelolaan Hutan).
Alhasil, hutan
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-Rum [30] : 41).
Menurut Islam, hutan adalah milik rakyat (umat) yang harus dikelola oleh Negara untuk kemaslahatan umat. Hutan tidak boleh dikuasai individu/swasta. Dalam hal ini, Rasulullah saw, bersabda “Manusia berserikat (memiliki hak yang sama) atas tiga hal : air, hutan, dan energi (HR. Ibnu Majah).”
Dari sini sudah jelas bahwa dari berbagai musibah tersebut saatnya kita kembali kepada Islam yakni kembali kepada seluruh aturan (syariah)-Nya. Seluruh komponen bangsa ini hendaknya melakukan “tobat nasional”. Tobat yang sebenarnya tentu saja dengan meninggalkan semua dosa/kesalahan yang selama ini pernah dilakukan,yaitu berupa pengabaian terhadap hukum-hukum Allah SWT. Langkah selanjutnya adalah sungguh-sungguh menerapkan dan melaksanakan secara total syariah-Nya di semua aspek kehidupan (ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan pemerintahan).
Penerapan dan pelaksanaan seluruh syariah Allah SWT dalam kehidupan merupakan bukti nyata keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Jika kita bener-benar beriman dan bertakwa, niscaya Dia akan memberi kita keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana firman-Nya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS Al-A’raf [7] : 96)