GUNAKANLAH VERSI DESKTOP AGAR MAXSIMAL
... ... ...

PARADIGMA BARU DAKWAH ISLAM



Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.(QS An Nahl : 125)

Dakwah menurut bahasa adalah seruan atau undangan. Sedangkan menurut makna syar’i, dakwah adalah seruan kepada orang lain agar mengambil yang khoir (Islam), melakukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran (Abdurrahman, 2004). Atau juga dapat didefinisikan sebagai upaya untuk merubah manusia –baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya- dari jahiliyah ke Islam, atau dari Islam menjadi lebih kuat lagi Islamnya.

Islam adalah agama dakwah. Syiar merupakan esensi Islam yang terpenting. Rasulullah Muhammad SAW dan nabi-nabi sebelumnya diutus dengan menyampaikan risalah kebenaran, berupa tauhid dan tatacara ibadah kepada manusia. Bahkan, kalau diamati secara mendalam, maka kehidupan Rasulullah SAW tak pernah lepas dari aktifitas dakwah dalam berbagai aspek kehidupan.

Posisi dakwah yang sedemikian penting dalam Islam telah menunjukkan bahwa ajaran ini menjadikan “misi penyelamatan” kepada umat manusia sebagai agenda utamanya. Sebab, hanya dengan dakwah lah manusia dapat mengetahui dan memahami antara yang haq dan bathil, mengantarkan kepada jalan keselamatan seraya menghindari jalan kehancuran.

Perjuangan simultan yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam dakwah bertujuan agar seluruh manusia hanya melakukan penghambaan kepada zat yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya. Mereka ingin menyelamatkan umat manusia dari kemurkaan Allah SWT akibat kelalaian tidak menjalankan syariatNya.

Paradigma Dakwah

Dakwah adalah kewajiban setiap muslim yang baligh. Dalam hadits disebutkan, “Siapa saja yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka dengan lisannya, apabila tidak mampu, maka dengan hatinya, itulah selemah-lemah iman.”. Alhasil, kewajiban menyampaikan Islam bukan sekedar kewajiban para ustadz, muballigh, tapi seluruh umat Islam. Selain itu, dakwah juga mesti dilakukan secara berkelompok. Dalilnya adalah QS Ali Imran : 104.

Di tengah kondisi zaman yang semakin dinamis dengan berbagai kompleksitas permasalahan, tentunya diperlukan berbagai terobosan agar dakwah Islam ini dapat menyentuh semua jenjang. Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi yang apik dengan gerak yang sinergis dari para pengemban dakwah. Di sinilah urgensi keberadaan jamaah/kelompok dakwah yang terus menerus memberikan penyadaran dan pencerahan kepada umat. Sementara itu, sangat dianjurkan agar materi dakwah tidak apriori terhadap permasalahan kontemporer yang sedang dialami umat Islam.

Saat ini kaum muslim berada dalam masa-masa suram. Masalah demi masalah datang silih berganti. Dari sekian banyak problematika yang dihadapi, sesungguhnya akar masalah terletak pada belum adanya kesadaran kolektif terhadap Islam sebagai jalan hidup, bukan sekedar seruan moral apalagi terbatas pada ibadah spiritual. Karena sesungguhnya kemuliaan umat ini terletak pada sejauh mana kaum muslim mampu merepresentasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, mereka menjadikan Dien dari Yang Maha Sempurna ini sebagai satu-satunya solusi. Untuk itulah, Islam mesti disampaikan dalam rangka untuk membentuk kepribadian, bukan sekedar demi kepuasan intelektual atau ketenangan batin.

Selain itu, dakwah juga mesti menggunakan cara-cara yang santun dan simpatik. Sebab kesadaran (baik individual maupun kolektif) untuk kembali ke Islam tidak akan muncul dengan cara paksaan apalagi kekerasan.

Karena merupakan kewajiban kolektif, maka dakwah juga dilakukan oleh ahlul quwwah (orang yang memiliki jabatan atau posisi penting). Posisi mereka sebagai pejabat tidak serta-merta menggugurkan kewajiban untuk melakukan dakwah. Bahkan, peran mereka sangat menentukan. Bentuk dakwah mereka lebih konkrit karena secara syar’i merekalah yang memiliki tugas untuk merumuskan berbagai regulasi seluruh interaksi dalam masyarakat, dengan standar Islam.

Islam sebagai rahmatan lil’alamin baru dapat dirasakan ketika penerapan Islam telah dilakukan secara paripurna. Allah SWT telah menjanjikan hal tersebut dalam Al Qur’an Surat Al A’raf : 96, yang artinya “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”.

Ketika telah mendapatkan kepercayaan masyarakat Madinah untuk mengatur urusan-urusan mereka, Rasulullah SAW semakin gencar melakukan dakwah, baik secara internal maupun eksternal. Beliau menerapkan perbagai peraturan kehidupan bermasyarakat, sesuai dengan wahyu yang beliau terima dari Allah SWT. Tidak heran, ayat-ayat madaniyah banyak mengatur permasalahan muamalat.

Sejarah membuktikan, ketentraman terus meliputi masyarakat Madinah sejak saat itu. Padahal, komposisi masyarakat Madinah begitu heterogen dan plural. Wallahu’alam bishowab.

Dipublikasikan pada rubrik Opini Harian Radar Banjarmasin, Edisi 7 Juli 2008

Mungkin Juga Anda Suka

Previous
Next Post »