GUNAKANLAH VERSI DESKTOP AGAR MAXSIMAL
... ... ...

Peristiwa Penting saat ISRA MI'RAJ


DALAM peristiwa Isra Mi’raj terdapat suatu peristiwa yang memberikan isyarat adanya perubahan peta politik dan kepemimpinan, serta jenis dan sifat kepemimpinan Rasulullah SAW.

Syarat itu bisa dilihat dari perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, seperti dalam firman Allah SWT : “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (TQS. Al Isra:1)

Kalau kita perhatikan dalam uraian sirah, ternyata Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj tidak langsung dari Masjidil Haram di kota Mekkah menuju ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis di Al Quds (sekarang disebut Yerusalem).

Dengan mengendarai Buraq (sebangsa binatang yang bersayap yang memiliki kecepatan gerakan luar biasa) melewati beberapa tempat bersejarah, yaitu kota Yastrib (Madinah), Madyan Thursina (di Mesir), Baithlehem, sebelum akhirnya ke Baitul Maqdis.

Di daerah-daerah yang dilewati tersebut Rasulullah SAW melaksanakan shalat dua rakaat. Tentu menarik untuk dipertanyakan kenapa Isra Nabi SAW ke Masjidil Aqsha di Palestina? Kenapa bukan ke tanah Jawa? Juga kenapa dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha melalui tempat-tempat tersebut?

Dari paparan sirah Nabi SAW, dapat kita lihat adanya isyarat kepemimpinan dan kekuasaan Rasulullah SAW dan umat Islam mulai dari Madinah hingga daerah Mesir dan Palestina. Dan fakta sejarah yang terjadi kemudian membuktikan hal itu, bahkan melebihi dari apa yang diisyaratkan dalam perjalanan sejarah Rasulullah SAW.

Dalam hal ini patut kita pahami bahwa Rasulullah SAW dilahirkan dari bangsa Arab yang ummi (buta huruf) yang secara politik tidak diperhitungkan dalam percaturan politik internasional yang pada waktu itu didominasi oleh dua adidaya, yakni Rumawi dan Persia. Di samping itu terdapat pula dua ajaran agama samawi, yakni Yahudi dan Nasrani, keduanya agama Bani Israil.

Agama Bani Israil telah mendominasi dunia dan dianut oleh negara-negara adikuasa, sehingga dengan munculnya Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Islam menghadapi dominasi agama tersebut dan juga yang mendukungnya.

Yang patut dipertanyakan, kenapa Islam yang menggantikan pengaruh kepemimpinan dan kekuasaan sebelumnya? Pasalnya Bani Israil maupun kedua agama tersebut tidak layak lagi memimpin dunia karena telah mengubah isi dan maksud syariat agama Allah SWT.

Allah SWT berfirman: “Maka celaka besarlah bagi siapa saja orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya ‘Ini wahyu dari Allah’ (yang maksudnya tidak lain hanyalah) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya itu. Celaka besarlah bagi mereka tuliskan oleh tangan mereka sendiri, dan celaka besarlah bagi mereka akibat apa yang mereka kerjakan itu “ (TQS Al Baqarah 79).

Kini, di masa yang jauh dari situasi riil kepemimpinan Islam atas dunia yang telah dibangun Rasulullah SAW dan diteruskan oleh para sahabatnya, Islam memimpin dunia.

Kini kita kehilangan tongkat kepemimpinan dunia. Tongkat itu hilang lantaran kita telah ragu dengan kelayakan syariat Islam untuk diterapkan dalam kehidupan bernegara dan ragu akan kemampuan syariat Islam untuk memimpin dunia.

Sesuai dengan fakta sejarah, setelah Rasulullah SAW menceritakan kepada kaumnya tentang peristiwa Isra Mi’raj tersebut, dalam kenyataannya, mereka sulit menyakininya. Sebab perjalanan yang ditempuh terlalu jauh. Masuk akalkah perjalanan tersebut dapat ditempuh hanya dalam waktu semalam?

Rasulullah SAW berusaha menjelaskan peristiwa itu dengan bukti yang nyata, memberikan keterangan tentang beberapa hal yang dilihat selama dalam perjalanan dan setelah di Masjidil Aqsa. Semua yang diceritakan sekedar bukti untuk memudahkan orang-orang mempercayai perjalanan Mi’raj ke langit yang paling tinggi dengan membuat perbandingan perjalanan Isra di atas bumi.

Walaupun beliau telah menjelaskan dengan berbagai bukti dan fakta, namun mereka tetap mengingkari dan tidak mau mempercayainya. Bahkan di kalangan kaum muslimin sendiri ada yang kembali murtad. Namun sebagian lainnya justru semakin kuat dan kokoh keimanannya.

Perlu diingat bahwa semua itu adalah mukjizat, yakni suatu kejadian yang luar biasa diluar ketentuan/aturan umum alam semesta. Selain itu, perlu kita menyakini bahwa Allah SWT adalah Mahakuasa menayangkan peristiwa ini.

Dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah SAW disodori minuman air susu dan khamer oleh Jibril AS, beliau memilih air susu yang sesuai dengan fitrah manusia. Artinya, orang yang sehat akalnya akan memilih air susu daripada cairan khamer.

Semua hikmah di atas sesungguhnya menunjukan bahwa peraturan yang diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW untuk manusia adalah sebuah peraturan sebagai landasan bagi negara dalam perspektif Islam. Yang penting peraturan/syariat agama tersebut sesuai dengan fitrah manusia.

Fitrah manusia tidak akan pernah berubah sampai kapan pun. Apabila manusia dihadapkan pada dua pilihan ekstrim, misalnya madu atau racun, maka orang yang berakal sehat pasti akan memilih madu daripada racun. Dengan demikian, peraturan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW abadi dan kekal keberadaannya, tidak berubah-ubah. Oleh karena itu, peraturan (syariat) Islam akan kekal selama manusia masih hidup di bumi.



Mungkin Juga Anda Suka

Previous
Next Post »